JABAR MASAGI
JABAR MASAGI SEBAGAI RUH DAN KRISTALISASI NILAI-NILAI PANCASILA, KONTRIBUSI DAN AKTUALISASINYA.
Oleh Drs. Hasim, M.M.
(Kepala SMAN 17 Kota Bekasi)
Pendahuluan
Masagi adalah filosofi Sunda yang singkat-padat. Tapi memiliki makna yang mendalam dan penuh makna ”Jelema Masagi” artinya sempurna. Gubernur Jawa Barat dengan sebutan akrab Kang Emil mengungkapkan, bahwa filosofi ”Masagi” yaitu bagaimana berproses menjadi manusia yang memiliki pribadi yang kokoh, ajeg atau seimbang dalam berpikir, merasa, dan bertindak.
Gubernur Jawa Barat tersebut lebih jauh menjelaskan bahwa Jabar Masagi menjadikan budaya lokal yang beragam adalah fondasi yang harus diletakkan di awal karena menyangkut identitas dan warisan sejarah yang melekat pada kearifan lokal di masing-masing wilayah.
Kontribusi Jabar Masagi dalam Penguatan Nilai-Nilai Pancasila
Jabar Masagi adalah fokus membangun manusia. Jabar Masagi adalah menumbuhkan manusia Masagi Jawa Barat untuk belajar merasakan (surti/rasa), belajar memahami (harti/karsa), belajar melakukan (bukti/karsa), belajar hidup bersama (bakti/dumadi nyata) untuk melayani.
Manusia Masagi Niti Surti adalah Manusia Jabar yang belajar untuk merasakan, menghargai prikehidupan manusiawi. Seseorang perlu memiliki kepekaan baik dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, juga dalam menyikapi gejala atau fenomena sosial yang terjadi. Sumber kepekaan adalah hati dan rasa. Kepekaan adalah wujud dari kepedulian. Peka dan peduli adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Manusia Masagi Niti Harti, artinya manusia yang belajar untuk mengetahui megembangkan akal. Manusia yang mengerti atau memahami tentang kehidupan. Intinya seseorang perlu memiliki wawasan yang luas, mampu memahaminya, dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata harti tidak dapat lepas dari kata pangarti, pangabisa, atau pangaweruh yang zaman sekarang disebut sebagai kompetensi, yaitu sejumlah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang dicerminkan dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan setelah mengikuti sebuah proses pendidikan.
Manusia Masagi Niti Bukti maknanya adalah manusia Jabar yang belajar untuk melakukan, membuktikan laku diri. Artinya seseorang harus mampu berkarya atau memberi bukti. Generasi muda sebagai agen perubahan dan calon penerus pembangunan harus menjadi generasi yang pandai berkarya dan memberikan bukti sebagai bukti peran sertanya dalam pembangunan bangsa dan negara. Kebermanfaatan seseorang tergantung dari sejauh mana bukti, karya, kinerja, dan kebermanfaatannya untuk orang lain.
Ngabakti artinya bisa dalam artian seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, bakti murid terhadap gurunya, atau bakti seorang warga negara terhadap bangsa dan negaranya. Bakti seorang anak terhadap orang tua misalnya dengan melaksanakan perintah orang tua, menaati nasihatnya, membantu pekerjaan orang tua, dan tidak menyakiti hatinya. Bakti murid terhadap guru misalnya belajar dengan sungguh-sungguh, melaksanakan perintahnya, dan menaati nasihatnya.
Bakti seorang warga negara terhadap bangsa dan negaranya misalnya dengan berpartisipasi dalam pembangunan sesuai dengaan profesi, pekerjaan, dan kemampuannya masing-masing. Dalam kehidupan masyarakat kita mengenal isitilah "kerja bakti" atau juga disebut dengan gotong royong, yaitu bekerja bersama-sama membangun, memperbaiki, atau membersihkan fasilitas umum untuk kepentingan publik. Hal tersebut juga bisa disebut bakti terhadap negeri. Intinya bakti adalah cerminan sikap terpuji atau akhlak mulia yang dimiliki oleh seseorang. Manusia Masagi Niti Bakti adalah manusia Jabar yang belajar untuk hidup bersama, berbakti pada negeri.
Dengan demikian Manusia Masagai adalah manusia Niti Jadi (Niti Jati atau Niti Sajati) yang merupakan manusia Sajatining Jawa Barat (Harmoni).
Kalau kita perhatian dengan saksama maka Manusia Masagi yang Niti Surti merupakan ruh dari nilai-nilai yang terkadung dalam Sila Pancasila, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Manusia Masagi Niti Harti merupakan ruh dari nilai-nilai Pancasila yang hakikatnya hikmat kebijaksanaan yang terdapat dalam Sila keempat Pancasila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /Perwkilan. Kemudian Manuia Masagi Niti Bukti adalah sebagai pengejawantahan nilai-nilai Pancasila, Sila Tiga Persatuan Indonesia. Karena Manusia Masagi harus mampu membuktikan diri dengan karya nyata terhadap masyarakat, bangsa dan Negara.
Manusia Masagi Niti Bakti adalah ruh dari Pancasila Sila Pertama Ketuhaan Yang Maha Esa dan kelima Pancasila Keadilan Sisial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Manusia Masagi Niti Bakti harus berbakti kepada Tuhannya serta Bangsa dan Negara.Sejatinya Manusia Masagi Niti Sajati atau Manusia Masagi adalah Manusia Pancasilais.
Jabar Masagi merupakan upaya dalam membumikan pendidikan karakter dalam konteks mulok budaya lokal Jawa Barat sebagai akar untuk mengisi ruh pendidikan karakter, agar tidak tercerabut dari akarnya. Jabar Masagi adalah kearifan lokal Jawa Barat yang wajib dilestarikan.
Mengingat kearifan lokal-kearifan lokal di seluruh wilayah Nusantara merupakan akar dan sumber yang menjadi karakter nasional sebagai identitas nasional, hal ini menjadi sangat penting dan mendasar serta strategis dalam pelestarikan nilai-nailai Pancasia. Jabar Masagi sejatinya mempunyai sumbangsih dan kontibusi nyata dalam gagasan lahirnya Pancasila.
Dalam aspek histori dapat terlihat dengan jelas dalam Sidang BPUPKI maupun PPKI bahwa dapat dijumpai tokoh Jawa Barat sebagai The Founding Father memberikan sumbangsih pemikirannya terhadap lahir Republik ini, yakni K. H. Ahmad Sanusi (Sukabumi), K.H. Abdul Halim Majalengka (Majalengka), Kiai Haji Abdul Fatah Hasan (Cilegon), Mr. Raden Ahmad Subarjo (Karawang), Mr. Raden Syamsudin (Sukabumi), Prof. Dr. Pangeran Ario Husein Jayadiningrat (Serang), Prof. Dr. Raden Jenal Asikin Wijaya Kusuma (Tasikmalaya), Raden Oto Iskandardinata (Bandung), Mr. Raden Ahmad Subarjo (Karawang), Mr. Raden Iwa Kusuma Sumantri (Ciamis), Raden Adipati Wiranatakusuma (Bandung).
Penulis : Administrator | Terbit : 2020-09-25 | Dibaca : 10142